Akhir pekan di kota ditengah bukit Part 1
Terkadang
hidup menggariskan misteri yang takkan pernah bisa aku pahami, seperti aku yang
tak pernah berhenti, mencari celah menaklukan hati. Mereka bilang “cobalah kau
sadari, misteri ini harusnya disudahi” aku mencoba sederhanakan ini, agar semua
orang memahami.
Sama
seperti di film favoritmu, semua cara akan kucoba. Walau peran yang aku mainkan
bukan pemeran utamanya. Karena mereka tak ikut merasakan indahnya jatuh hati
padamu, sekali lagi aku kan menjelaskan
BERHENTI
BUKAN PILIHAN BAGIKU.
Sama
seperti di film favorit mu, semua cara akan kucoba. Walau peran yang aku
mainkan bukan pemeran utamanya.
~Sheila
on7: Film Favorit
Sabtu, 17
Maret 2018
Sayup-sayup
ku dengar salah satu lagu dalam list di mp-3 yang kukenakan, setelah memakainya
dengan benar, lagu itu kian terdengar jelas. Siang itu perjalanan kami dimulai,
memenuhi tugas melaksanakan rapat bulanan koordinasi wilayah VI dibawah
nauangan FKMHII- Korwil VI. Rakorwil kali ini diadakan di sebuah Universitas
yang cukup terkenal, di kawasan disebuah kota ditengah bukit dengan kendaraan berplat
N. Yups, tepat sekali, Rakorwil kali ini memberikan Universitas Brawijaya di
Malang sebagai tuan rumah. Akhirnya, berkunjung juga aku ke kota ditengah
bukit, yang terkenal akan cuacanya yang dingin, dan letak geografisnya yang
sama dengan kawasan Tasikmalaya di Jawa Barat.
Estimasi
keberangkatan kami cukup mundur dari perkiraan, diawal keberangkatan akan
dimulai jam setengah 12 siang, ternyata tranport yang kami gunakan datang tepat
pukul 12, telat setengah jam dari perkiraan awal kedatangan. Perjalanan awal
ini pun dimulai, tidak seperti yang kami harapkan, ukuran bus Micro yang kami
gunakan membuat ketidaknyamanan selama perjalanan, sementara dihari itu cuaca
daerah Jawa Timur dan sekitarnya tengah tak bersahabat, hampi seluruh daerah
diguyur hujan deras, angin kencang, petir menggelegar, bahkan dibeberapa tempat
sampai ada yang terjadi bajir, pohon tumbang, hingga berakibat pada pemadaman
listrik sementara.
Untuk
orang yang melakukan perjalan pertama kalinya ke Malang, aku baru tau kalo
daerah Blitar merupakan daerah terpanjang yang kami lalui, dari jam setengah 4
sore hingga jam setengah delapan malam baru kami keluar daerah perbatasan
Blitar-Pujon. Dan tepat, sesuai perkiraan kedatangan kami terlambat satu jam
dari perkiraan awal, dan dengan berat hati aku tak dapat memenuhi janji ku
dengan segenap kerabat dan kawan lama yang telah menanti dan menunggu
kedatanganku disana. Mereka teman-teman semasa kecil sejak di Sekolah Dasar.
Sesampainya
kami di Malang, kami langsung memesan Grab menuju Zona Kafe yang terletak
dikawasan atas, daerah yang dikelilingi bukit dan pegunungan. Tempat yang telah
ditentukan teman-teman korwil VI untuk mempersiapkan rakorwil esok hari, dengan
segala persiapan yang dibutuhkan. Dengan segala kegiatan yang ada dan kafe dengan kawasan
terbuka, SEMPURNA! Udara dingin malam kian menusuk, dengan kondisi badan yang
sudah sejak awal tidak fit dan imun tubuh yang tengah tidak mendukung, dengan
keadaan yang ada sang penyakit dengan cepatnya menyerang tubuh nan ringkih ini,
dan yang lebih sempurna lagi jaket yang telah kupersiapkan sejak awal keberangkatan,
tertinggal di kamar, padahal persiapan keberagkatan sudah seminggu sebelum aku
persiapkan, nasib yang kurang mujur.
Kumpul
dari jam sembilan bahkan tidak satupun dari kami yang sadar jika malam itu jam
sudah menunjukkan pukul satu malam, dan permasalahan satu lagi muncul, tempat
pertama kami ingin stay memberlakukan jam malam, dan otomatis kami harus ganti
haluan, setelah mengkontak temen satu persatu, akhirnya kami mendapat bala
bantuan dari temen yang juga menetap di Malang. Kami bersyukur bantuan datang
tepat pada waktunya, disaat kami hampir putus asa, dan kehilangan arah. Setelah
menyudahi panggilan singkat lewat line, dan membicarakan persiapan buat rakor
besok akhirnya kami kembali ketempat peristirahatan masing-masing, dan
perjalanan dilanjutkan dihari esoknya.
Bersambung,-
Comments
Post a Comment