Posts

Showing posts from March, 2018

7.424

7.424 Jakarta,  tulisan ini dituliskan ditengah kesibukan kota metropolitan dan ditengah kegiatan yang padat. Sabtu Kelabu,- 24.03.18 11.00 p.m Sebenarnya kisah kelabu ini dimulai di lembar ke-7.423, tepat diangka 23, angka yang seharusnya menjadi angka istimewa bagiku, menjadi angka yang benar-benar kelabu. Malam itu, detik itu, feeling ku tak pernah berbohong akan keadaan, terbiasa membaca keadaan membuat ku yakin seratus persen ada yang salah dengan kisah yang ini. Aku memang lembaran yang disembunyikan dan aku menyadarinya, sangat menyadarinya. Namun, kau tau malam itu kenyataan pahit membawa sejuta mendung dan langit kelabu kembali kepadaku, setelah aku sempat berfikir menemukan navigator yang tepat. Dari mana harus kumulai cerita ini? Entahlah, aku kacau-total hingga hari esoknya, bukannya aku tak dapat menangis detik itu juga, namun semua hal yang ada LURUH terbawa kesedihan yang membawa pergi semua rasa. Setelah semua ketidakpahaman ini berlangsung, entah apa yan

Akhir Pekan di kota ditengah bukit Part 2

Terkadang hidup menggariskan misteri yang takkan pernah bisa aku pahami, seperti aku yang tak pernah berhenti, mencari celah menaklukan hati. Mereka bilang “cobalah kau sadari, misteri ini harusnya disudahi” aku mencoba sederhanakan ini, agar semua orang memahami. Sama seperti di film favoritmu, semua cara akan kucoba. Walau peran yang aku mainkan bukan pemeran utamanya. Karena mereka tak ikut merasakan indahnya jatuh hati padamu, sekali lagi aku kan menjelaskan BERHENTI BUKAN PILIHAN BAGIKU. Sama seperti di film favorit mu, semua cara akan kucoba. Walau peran yang aku mainkan bukan pemeran utamanya. ~Sheila on7: Film Favorit Ahad, 18 Maret 2018 (Maaf atas keterlambatan part II, dikarenakan badan yang kurang fit, imun tubuh yang lemah, serta kondisi yang tak memungkinkan untuk mengejar deadline publish, maka kisah ini saya lanjutkan hari ini) Sesuai dengan estimasi pertama, rapat hari ini akan diadakan tepat pada pukul 9.00 pagi di gedung FISIP UB lt.204, namun negeri in

Letter from March

Letter from March 23 Maret 2018 11.45 a.m. Bulan ketiga ditahun 2018, dan ini ketiga kalinya aku dihadapkan dengan angka 23 di bulan yang berbeda. Entahlah, 23 dibulan kali ini cukup membuatku trauma dengan angka 23, bukan, bukan aku yang beranggapan angka 23 itu special dan berbeda, cuman dikarenakan angka 23 sama dengan angka kelahiran saya namun dibulan yang berbeda. Seakan diseret kembali ke keadaan 4 tahun yang lalu, dan sejarah hidup saya seakan kembali terulang, 4 tahun yang lalu kejadian ini pernah terjadi persis sama. Hanya saja kali ini posisinya berbeda, jika dulu egois masih menguasai diri ini, masa iya hari ini saya mengulang sejarah yang sama, terkalahkan dengan ego dan kehilangan keluarga lainnya? Perlu saya pertimbangkan matang-matang, hidup saya terbagi dalam lingkaran besar dan lingkaran inti, kehidupan pribadi ada didalam lingkaran inti, dan kehidupan sosial berada di lingkaran besar, sehingga untuk mewujudkan keteraturan diantara keduanya harus terjalin sinkr

Akhir pekan di kota ditengah bukit Part 1

Terkadang hidup menggariskan misteri yang takkan pernah bisa aku pahami, seperti aku yang tak pernah berhenti, mencari celah menaklukan hati. Mereka bilang “cobalah kau sadari, misteri ini harusnya disudahi” aku mencoba sederhanakan ini, agar semua orang memahami. Sama seperti di film favoritmu, semua cara akan kucoba. Walau peran yang aku mainkan bukan pemeran utamanya. Karena mereka tak ikut merasakan indahnya jatuh hati padamu, sekali lagi aku kan menjelaskan BERHENTI BUKAN PILIHAN BAGIKU. Sama seperti di film favorit mu, semua cara akan kucoba. Walau peran yang aku mainkan bukan pemeran utamanya. ~Sheila on7: Film Favorit Sabtu, 17 Maret 2018 Sayup-sayup ku dengar salah satu lagu dalam list di mp-3 yang kukenakan, setelah memakainya dengan benar, lagu itu kian terdengar jelas. Siang itu perjalanan kami dimulai, memenuhi tugas melaksanakan rapat bulanan koordinasi wilayah VI dibawah nauangan FKMHII- Korwil VI. Rakorwil kali ini diadakan di sebuah Universitas yang cukup

7.416

Ayo kamu harus semangat! Cepat atau lambat aku akan terbiasa   dengan segala hal yang ada Aku tidak akan menyesal sama sekali Terimakasih karena telah berada disisiku,- 16.03.18,  Friday Hari yang cukup melelahkan, setelah berkutat dengan kalam-kalam Ilahi, dan setelah melalui proses yang cukup panjang, hanya satu yang bisa ku lakukan di penghujung perjuangan, setidaknya sudah melakukan usaha semaksimal mungkin, hasil akhir? Yah semoga juga diberi yang terbaik. Aku kira dipertengahan Maret hujan tak akan kembali mengguyur kota kami, memang hujan tak berkunjung di jam yang sama seperti biasa-sore hari, namun ternyata aku salah, bahkan beberapa malam di pecan ini, hujan kerap berkunjung dimalam hari, menemani sunyi dan gulitanya malam. Sudah, aku sudahi kisah lama yang telah berlalu, tak ingin jua ada niatan untuk memunculkannya kembali kepermukaan, aku tetap lah aku dengan segala hal yang menjadi kekuranganku. Kau tau? Aku mulai terbiasa dengan alur yang ada bahkan aku

Sourire

“ Jika dirimu sedang sendirian, dalam kesedihan yang tak tertahankan Aku ingin seperti orang bodoh yang selalu mengulurkan tangannya Aku tahu saling pengertian itu sulit, tetapi kau bisa berbagi dengan diriku Karena aku ada disampingmu, karena aku selalu ada disampingmu” 11.40 p.m. Udara dingin kian menyelinap diantara hening dan gulitanya malam. Sepertinya hujan malam ini memiliki kadar formalin yang cukup banyak hingga hujan masih setia mengguyur daerah tempat tinggal kami. Sudah hampir memasuki minggu kedua dibulan Maret, namun langit masih setia dengan musim yang tak kunjung berganti. Entahlah, mungkin ini pula salah satu efek globalisasi yang ada, selain menghilangnya batasan negara yang pasti, iklim pun kian tak pasti. Lepas dari efek globaliasi, hanya ingin kembali menyampaikan pesan ku untuk yang jauh disana, entah terdengar ataupun tersampaikan kepada orang nya tepat, yang jelas aku tetap akan menyampaikannya. Sudah kupilih jalur melalui gelombang interval atau

7.406

Lembar ke-7.406, Paragraf pertama, Bersama tak hanya saat tertawa, tetapi juga memahami dikala menangis. Entah tengah dalam keadaan apa yang kudapati sekarang aku berada dalam keadaan yang penuh akan carut-marut tak menentu. Rasa lelah itu kerap datang, rasa jenuh juga kerap menghantui, bahkan rasa ingin menyerah dipertengahan jalan juga kerap membayangi, namun sekali lagi ku tepis dengan keadaan yang ada. Mungkin, sudah saatnya untuk menikmati apa yang ada bukan hanya angan-angan dan selalu menjadi bayangan ilusi dan maya yang hidup dalam halusinasi dan dunia fantasi. Mungkin, kali ini aku berhenti pada pemberhentian pertama, sejenak menenangkan diri, kembali ke suatu masa di kala aku tak terpenjara masa lalu dan tidak khawatir akan diri yang sedang rapuh dan rentan. Maukah kau meluangkan waktu walau sejenak kawan? Untuk mengingat saat ada seseorang yang memberimu kesempatan untuk melunakkan hatimu, taukah kau kawan? Memupuk benih pertemanan juga berarti mengelola harap

Pupus

Sambaran petir yang samar. Mendungnya langit. Akankah turun hujan? Inginkah kau disini bersamaku? 1.00a.m Jam menunjukkan pukul 1 tepat, sudah melampaui waktu lewat tengah malam, dan diri ini masih disibukkan dengan rentetan tugas yang menanti, memeriksa beberapa lembar jawaban post-test yang menjadi tanggung jawab bersama. Bukan, bukannya menghitung-hitung amal pekerjaan, cuma tugas ini sudah menjadi tanggung jawab panitia bersama. Suara petir masih bersahut-sahutan, mengelegar diluar sana, entah kenapa cuaca hari ini begitu terasa amat panas, namun hujan tak kunjung turun, bahkan dijam yang menandakan pergantian hari, hujan tak kunjung datang menyapa. Mungkin, ini kesekian kalinya aku melihat guratan kecewa yang teramat dalam ditutupi dengan senyuman, canda-tawa. Hari ini mungkin hari yang terberat untuk kesekian kalinya luka itu kembali di goreskan, setiap aku ingin mencegah luka itu digoreskan, sisi lain angkat bicara. Jangan, jangan kau hentikan kebahagian yang ia ci

Pesan singkat di awal Maret

“Ikuti saja apa maunya rasa. Terkadang, ia lebih memilih menjadi rahasia” Meski kelihatannya tidak ada apa-apa, tapi siapa yang tahu isi hati manusia, selain manusia itu sendiri? Mungkin saja suatu hari nanti perpisahan itu datang Musim saja datang dan berputar silih berganti Walaupun sedikit ragu aku akan berjalan Berjalan bersama denganmu hanya itu yang tidak akan pernah berubah. Telah sampai kita di penghujung bulan februari, berlalunya februari berlalu pula musim dingin tak berkesudahan dengan dinginnya yang amat menusuk hingga ke tulang rusuk. Tak apa, musim berganti, mari kita sambut bersama musim semi dengan sinar indah mentari menanti di kejauhan, aku senang dapat melihat pancaran sinar kebahagian diwajahmu yang telah lama hilang dan sirna. Jangan, jangan kau ubah pancaran rona bahagia itu kembali ke masa kelam, aku butuh waktu yang lama agar semua menjadi terbiasa. Satu pesan ku di awal Maret, maukah kau tetap menjadi navigator didepan sana? Aku mohon j