Posts

Showing posts from September, 2018

Surat Untukmu

Image
Surat Untukmu “Pulang kepelukanmu, tentramnya telinga yang mendengar  tanpa menghakimi. Secangkir kopi hangat, yang kita hirup berdua. Gurauan dalam petuahmu, Ibu-ibu-ibu aku rindu, Hanya kau tempat dimana aku menjadi diriku sendiri.” Bahkan setelah 21 tahun berlalu senyum itu masih sama, doa itu masih teruntai untuk kami yang kini terpisah oleh jarak dan ruang dari mu jiwa yang kukasihi, ibu. Kuucapkan selamat hari jadi yang ke-46, tak terasa waktu bergulir dengan cepat, aku hadir dalam kehidupanmu 21 tahun yang lalu, tepat ketika engkau berusia 25 tahun. Tak ada kata yang dapat kuungkapkan lebih selain rasa syukur dan terimakasihku yang teramat sangat untukmu, malaikat yang dikirim kepada kami. Terlampau sering diri ini berbuat khilaf, bahkan tak sekali-duakali kekesalan dan  kenakalan ku membuat emosimu memuncak, namun dengan  segenap kesabaran dan keikhlasan yang kau pegang teguh, tak pernah sama sekali ku dengar amarah dan kata-kata kasar keluar dari ucapmu. Ketahuilah ib

Bunga Tidur

Bunga Tidur 01.45 a.m Aku tersadar dari mimpi indahku semalam. Terlalu dini hari untuk meyakinkan diriku sendiri kalo semua ini hanyalah mimpi,- Mimpi itu seakan begitu nyata, tidak hanya membawa bayangmu mendekat padaku bahkan disana, dirimu terasa begitu dekat dan nyata. Kita berbincang, saling berhadapan satu sama lain. Bahkan, suara mu masih terdengar jelas hingga pagi ini, suaramu yang jelas, jernih memanggil namaku dari kejauhan, menggaung penuh memenuhi ruang. Bahkan hanya dengan suaramu aku berharap hidup nyata didalamnya, berharap semua itu bukan bayangan maya dan bersifat semu. Namuun, pagi ini aku tersadar, terlalu naïf rasanya berharap semua itu menjadi nyata dalam realita kehidupan. Ketahuilah, aku hanya ingin menikmati waktu luang bersamamu, mendengar kau berkeluh-kesah ditengah padatnya aktifitasmu, berbincang bersamamu tanpa perlu mengandalakan gelombang transmisi. Bercerita tanpa perlu takut, kau menghilang diujung sana, dan entah disisi mana kau ber

Bumerang

"Ada kalanya perkataan mu kembali menjadi bumerang bagi dirimu sendiri, entah itu kapan, yang jelas tunggu saja kapan waktu dan tanggal mainnya berlaku". Terhitung keempat kali pembahasan ini selalu berujung dengan perbincangan panjang, dan mengemukakan argumen dan fakta. Ini terhitung kedua kalinya nasehat itu disampaikan dan ditujukan kepadaku oleh orang yang sama, dan selalu menancap tepat pada sasaran, Inilah tantangan hidup diera milenial dimana batas-batas pasti mulai kabur digerus oleh zaman. Bukannya aku berpihak pada egoku untuk mengejar apa yang kuimpikan dan meraih apa yang kucita-citakan sejaklama, namun bagian masa depan mengajarakanku untuk mengesampingkan apa yang menjadi ambisi dan anganku dan melihat apa yang terjadi pada realita. Mungkin benar, hingga kini aku masih belum bisa mengindahkan nasehat empat orang yang mungkin dibalik pikiran panjangnya sudah memikirkan alur masa depan yang tepat. Terimakasih atas wujud kepeduliannya walau harus berurusan