September

Bulan telah berganti, memasuki  pertengahan bulan September cuaca makin sulit ditebak. Dengan siang yang cerah tak menutup kemungkinan hujan tak akan turun di sore hari ataupun di malam nan gelap, namun semua itu tak membuat dirinya merubah semua hal yang menjadi kebiasaannya. Masih di kafe yang sama, dengan meja yang sama, dan pesanan yang sama, dirinya tersenyum manis, duduk tepat berhadapan denganku.
“Sore Nad, sorry ya telat ngabarin, jadi dadakan deh”
Senyum simpul pertanda permohonan maaf itu telah menghiasi ujung bibirnya.
“Yoo, sorry ya, diluar hujan, jalanan macet, udah tau sore jam pulang kantor, jadi, kenapa? Ada hal penting?”
Tanyaku kepadanya seraya menarik kursi bersebrangan dengannya.
“Nothing, hahaha... gak ada hal penting buat aku omongin sama kamu, cuma pengen neraktir kamu aja, hangout, gak salah kan?”
Yah, sudah bisa ku tebak dari sepersekian perkiraan ku tak ada yang pernah melesat jauh, Kiran memang selalu penuh dengan kejutan dan teka-teki, sejauh ini hal yang paling sering ia lakukan adalah membuat suprise kecil dengan acara “hangout dadakan ala Kiran” sementara Kiran dengan setia menanti teman hangoutnya tiba, ditemani segelas jus alpukat-stroberi dengan laptop yang sedang menyelami jaringan nirkabel.
“Mau pesan apa? Aku yang teraktir kok tenang aja”
“Hot-chocolate aja, lagi gak pengen yang dingin-dingin”
“Really? Kenapa? Emang hujan diluar deres ya? Apa kamu kedinginan?”
“No, kalo hujan enak yang hangat-hangat, emang kamu, musim hujan, musim kemarau, pesenannya tetep aja, jus alpukat-stroberi plus krimernya di banyakin ya”
“Hahaha, pasti kamu bosen ya dengernya? Sampai hapal pesenan aku gitu”
Sementara Kiran tertawa lepas melihat ekspresiku yang berbanding terbalik dengan dirinya.
Beberapa menit kemudia waiter yang dipanggil tiba, siap, sedia mencatat setiap pesanan yang dipesan Kinan.
“Kuliah gimana? Lancar?”
“Lancar gak lancar sih, gitu-gitu aja, kamu?”
“Hahaha, hari-hari aku itu penuh keistimewaan Nad, gak kayak kamu tuh, monoton”
“Oh ya? Istimewa gimana?”
“Istimewa lha, aku selalu bersyukur aja, sampai hari ini masih bisa ikut kegiatan kampus yang ada, bahkan sampai detik ini aku masih bisa godain temen aku yang super cuek, jutek, yang satu ini nih”
Aku tersenyum, aku tau Kiran memang selalu memiliki seribu cara membuat aku banyak berbicara, terdengar lebih cerewet, bahkan dapat membuat dunia ini lebih memiliki banyak warna. Kiran memang bukan anak spesial yang penuh akan keistimewaan, semua yang ada pada dirinya terkesan sama dengan anak kebanyakan, namun Kiran dapat membagikan ketenangan kepada setiap insan yang berada didekatnya, dengan keceriaan yang ia miliki, serta tetap tersenyum riang walau masalah yang ia hadapi begitu berat, tak pernah ku dengar dirinya mengeluh ataupun menyesal atas segala hal buruk yang menimpanya.
“Nah, gitu dong senyum Nad, jangan jutek mulu, senyum kan lebih cantik”
“Makasih mas”
Pesanan Kinan tiba untuk kedua kalinya.

“Kamu tau gak Nad

Comments

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Interwined

Bias Ombak