Nona Dhimi
Tidak ada yang terlalu menarik perhatian serta menarik hati setelah, cukup
lama melewati masa terombang-ambing, melewati masa tak stabil, mungkin hanya
level pemula biasa yang tiada artinya, dan tidak ada apa-apanya dalam kehidupan
masyarakat luas namun, cukup menjadi pelajaran hidup antar sesama. Kali ini
setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, aku menemukan sosok pembaharu,
dalam lingkup kehidupan yang ada, entah kau sebut itu apa, mungkin terlalu
berlebihan menyebutnya “malaikat tanpa sayap” tapi, kedatangannya pada
kehidupan yang ada memang layak mendapat julukan “malaikat tanpa sayap”
dengan sejuta kebaikan, wajah yang bersahaja, pembawaan yang tenang, sifat yang
jauh dari kata anarkis, malah mungkin tergolong plegamatis, tapi entahlah sulit
ditebak orang seperti dirinya seperti memiliki semua sifat gabungan dari bagian
yang ada perpaduan antara Plegmatis, Koleris,Melankolis, dan Sanguinis, menjadi
satu namun semua sifat baiknya saja, terlihat sangat jauh dari kekurangan
karena dirinya adalah orang yang teliti,
serta cermat, professional dalam setiap tugas yang ada, dewasa dalam berpikir,
dan bertindak, entahlah tak dapat menjelaskan dengan kata-kata secara detail,
wajar jika kami sekumpulan anak-anak remaja mengaguminya dengan sejuta kelebihan
yang ada pada dirinya, mungkin dia juga memiliki kekurangan tapi seakan
tertutupi, kekurangannya sudah cukup tertutupi dengan segala kelebihan dan
kebaikan yang ia punya. Jika aku menyebutnya orang baru yang hadir dalam
kehidupanku, anggap aku salah besar! Sudah cukup lama aku mengenalnya tapi dulu
jauh dari kata tertarik untuk lebih mengenalnya yang mempunyai wawasan luas
serta pendewasaan diri yang tepat, memang Dia Yang Maha Kuasa itu adil, selalu
ada yang datang membawa kejutan dan warna baru disetiap orang yang pergi
meninggalkan kenangan yang ada, dan ini terjadi ditahun terakhir aku mengenyam
pendidikan disini, disekolah ini, bersama mereka, teman seangkatanku yang
tersayang, setelah melewati masa padam dan surut bersama, suka ataupun duka
dengan seabreg kegiatan yang benar-benar padat, satu persatu terlewati,
tinggal menghitung langakah menuju tujuan akhir, menjadi seorang Alumni untuk
almamater kami. Entahlah, aku pun tak tau atas dasar apa, dan tujuan apa aku
menulis kisah ini karena, ku rasa kisah ini tak hanya cukup untuk didengar,
tapi juga diresapi, hingga dapat di baca berulang-ulang tanpa ada rasa bosan,
ataupun sesal dalam menikmati setiap rangkain kata yang ada.
Tahun terakhir, adalah tahun
terberat dengan sejuta kegiatan, dan pembelajaraan yang ada tak hanya melewati
proses pembelajaran secara bahasa; belajar, menuntut ilmu, dsb. Tapi,
pembelajaran secara haqiqi dan maknawi, memang Proses itu lebih mahal agar
dapat mewujudkan jiwa-jiwa dan mental seorang yang pemimpin, yang benar-benar
kuat, tabah, sabar, ikhlas, secara keseluruhan. Bukan, hanya dalam perkataan
saja tapi, juga dalam wujud dan tingkah laku. Aku akui itu SULIT tapi dengan
segala sistem yang ada walaupun sistem itu berwujud, paksaan, desakaan,
permohonan, atau malah peraturan tetap harus dijalankan. Tak sedikit terpaan
angin, tak sedikit desakan, paksaan dari segala penjuru arah, semua ada, dan
semuanya merasakan, disaat seperti ini dirinya muncul dengan segala hal kecil
yang bermakna besar menjadi sebuah pembelajaran hidup, sedikit demi sedikit,
perlahan tapi pasti, mengisi kematangan mental setiap jiwa yang ada, dan itu
dirinya: Nona Dhimi.
Aku menyebutnya wanita atas
segala kedewasaan diri yang ia punya, tak pantas menyebutnya gadis, seperti
kurang rasa hormat ku padanya, dengan segala kematangan mental yang ada pada
dirinya, bagaikan embun penyejuk dari setiap kata-kata yang dikeluarkannya :
simple, tapi bermakan sangat dalam. Umurnya masih terbilang muda, jauh dari
makna wanita secara bahasa, berkisar 20-an, dengan wajah yang bersahaja, dan
terlihat selalu memikirkan hal yang ada, dia pendengar yang baik, sejatinya
jiwa seorang guru yang mungkin kini sulit menemukan guru sepertinya di
Era-Milenium seperti ini, benar-benar memiliki jiwa besar, pahlawan tanpa jasa.
Memiliki ciri khas tersendiri dalam mewujudkan rasa perhatian dan wujud
kepeduliannya antar sesama, di bilang pendiam ya, terlebih untuk orang yang
baru saja mengenalnya, tertutup? Ya, tapi, sebenarnya jauh dari kata tertutup
jika, kita mencoba membuka diri, menghargai setiap pendapat yang diutarakan
oleh setiap anak didiknya tanpa pernah meremehkan, ataupun wujud tak
menghargai, selalu ada kapanpun setiap muridnya membutuhkan bantuan, serta
uluran tangan, dan wujud perhatian, serta kasih sayang, siap sedia menjadi
pendengar yang baik bahkan, ketika anak didiknya mengoceh bak burung beo,
berdiskusi atas semuah khayalan dan imajinasi yang ia miliki, dan satu hal yang
membuat dirinya terlihat BERBEDA dirinya selalu berhasil menyayangi serta mengasihi tanpa pernah membeda-bedakan
orang yang ada, tanpa pernah pandang bulu, tanpa pernah melihat dan mengorek
catatan hitam yang ada, semuanya SAMA, TANPA PERBEDAAN. Dan itu salah satu
wujud yang benar-benar membuat kami bedecak kagum, banyak hal yang dapat ku
ambil sebagai pelajaran, disetiap ada kesempatan dan peluang untuk berdiskusi
atau hanya sekedar bertukar pendapat, atau hanya sekedar mendengar perkataannya
yang begitu: Singkat, Padat, dan Jelas. Mungkin, tak pantas aku menulis
catatan ini, karena aku jauh dari kata orang yang mengenalnya begitu baik,
detail, secara dekat, semua penilaian yang ada mungkin, semata-mata hanya dari
analisisku, serta ungkapan-ungkapan anak didiknya yang lain yang turut
merasakan hal yang sama, dan mungkin mereka lebih leluasa untuk mengenal
kepribadiannya secara detail dan jelas. Ada, disuatu waktu kami membuat open-forum bersamanya
setelah menyelasaikan penjelasan dari mata pelajaran yang ada, sedikit
mengutarakan kekecewan hati kecil kami yang selalu merasa tertindas, tertekan
dengan segala hal yang ada, walaupun itu sendiri adalah tangungan dan tentu
sudah menjadi resiko bagi setiap individual yang ada, tapi, dengan gayanya yang
khas, pembawaaannya yang tenang, tetap dapat menyejukan suasana yang mulai
terasa panas, karena mengadukan jeritan hati kecil yang ada. Aku kira dirinya
akan mebuat permisalan yang rumit untuk menjawab semua curahan hati itu, aku
kira dirinya akan mengeluarkan segenap kata-kata puitis, yang dapat menenangkan
jiwa yang gundah gulana, memang tak dapat dipungkiri remaja itu: LABIL!
Ternyata aku salah, kau tau apa yang dia katakan untuk kami? Hanya Mengangguk
pelan, tersenyum simpul dengan wajah yang begitu lembut, seraya berkata :
“Kalian Tau Roti?”
“Suka makan
Roti?”
sontak dan serentak kami yang serius menunggu
jawabannya Menganggukkan kepala dan berkata “Tau!”
“Sukaaa”
“Roti itu terbuat
dari apa?”
“Tepung, Tepung
Gandum”
“Setelah dari tepung dibentuk menjadi apa?”
“Adonan, lha”
“Nah, tau nggak
ketika tepung terbentuk menjadi adonan apa yang dilalukan sang pengolah roti?”
“Ya, diaduk-aduk, dicampur, yah gitu” jawab kami semakin gemas dan penasaran.
Namun, ia tetap
dalam pembawaannya yang tenang “Lalu, setelah adonan selesai, roti dimasukan
kemana?”
“Oven.”
“Di oven panas?”
“Panas!”
“Tau, panasnya
datang darimana?” semua hening hanya ingin menanti kata-katanya yang begitu
dinantikan.
“Adonan biar jadi
roti seutuhnya dimasukkan dalam oven dengan suhu yang sudah ditetapkan,
panasnya datang dari semua arah, dari bawah panas, dari samping kiri panas,
dari samping kanan panas, bahkan dari atas juga panas, sampai tiba waktunya selesai dan berbunyi
“Ting” adonan tadi dikeluarkan dari oven berubah wujud menjadi roti dengan bau
yang harum, cita rasa yang menjanjikan, kelezatan yang dijamin, semua itu
tergantung, dari proses sebelumnya tadi”
Beberapa dari
kami masih belum dapat memahami pelajaran kehidupan dari balik filosofi sebuah
roti yang ia ceritakan, seakan memahami ketidakpahaman kami serta ketidakpuasan
aatas jawaban yang diharapkan, ia tersenyum tetap dalam pembawaannya yang
tenang. “Nah, begitu juga dengan kalian sekarang, kalian sudah melewati
masa-masa pembentukkan sebuah tepung, menjadi adonan, baik itu yang diremas,
ditekan, diaduk, semuanya bercampur jadi satu telah kalian lewati hingga kalian
dalam babak terkahir proses penyelesaian yaitu pemanggangan. Semuanya Serba
PANAS begitu pula dengan keadaan klaian sekarang, panasnya datang dari segala
arah, atas, bawah, kiri, kanan, semuanya panas, tapi, tenang aja tingggal
nunggu waktu bel berbunyi “Ting” dan lihat
hasilnya mau jadi roti yang sempurna? Yang matang? Setengah matang? Yang
bantet? Atau yang enak? Semuanya, tergantung ketika proses pembentukan roti
ketika di adonan tadi, jadi, jangan takut untuk melewati itu semua, jalanin
aja, yah, ada tugas dikerjakan, ada kewajiban ya dipenuhi, jangan banyak
ngeluh, hidup itu simpel, bahagia itu sederhana, karena bahagia hanya untuk
orang yang mau merasakan kebahagian, paham?” Ia menyelesaikan kalimatnya yang
begitu ringkas, padat, dan jelas, tanpa satu patah katapun yang tidak kami
pahami, tanpa perlu pengulangan, semua memahami, semua mengerti, semua paham,
tinggal kami diam tak bergeming larut dalam pikiran masing-masing, memasukkan
dan meresapi setiap kata yang ia ucapkan begitu sederhana tapi bermakna. Decak
kagum tersurat disetiap paras wajah yang mendengarkan kata-katanya secara
seksama sedari tadi, dan dia masih tetap dengan pembawaannya yang tak pernah
berubah, tenang, santai, damai, mungkin, memang ia pecinta damai yang
sebenarnya. Di lain kesempatan, aku mendapainya terasa begitu dekat dan hangat,
sedikit celah lebih terbuka dan nyaman untuk diajak berdiskusi dan bertukar
pikiran, dan baru aku perhatikan dibalik pembawaannya yang tenang dirinya selalu mempunyai ritme
sendiri dalam melangkahkan kaki-kakinya kemanapun ia melangkah, berjalan, atau
berlalri, tidak terburu-buru, tidak pula lambat, cukup tenang, atau lebih
tepatnya anggun, dengan gaya jalan yang begitu khas, dengan kata-kata yang
begitu berkesan, serta kepribadian yang matang, misterius, dewas, cukup membuat
kami semua kagum terhadapnya.
Banyak pelajaran yang hidup yang
dapat aku pelajari dan teladani dari setiap nasehat yang ia curahkan baik
secara sadar ataupun tidak, mengajarkan agar selalu bersikap profesional dalam
menjalankan amanah, tugas, tanggung jawab yang ada, berusaha maximal untuk
segala hal yang dilakukan demi mewujudkan akhir yang memuaskan bertaraf
EXCELLENT! Mengajarkan untuk berpikir rasional dengan segala akal yang kita
punya, walau hakekatnya wanita mempunyai kelebihan dalam perasaannya tapi,
tidak untuk sebuah tugas, pekerjaan, jangan pernah membawanya kepada perasaan
membuat kita tak dapat melakukannya secara maximal, just deep thinking and Do
IT! Mungkin, masih banyak hal yang dapat ku ambil dalam pelajaran hidup dari
segala perkataannya melakukan segala sesuatu dari hal yang paling mudah,
mencintai pekerjaan yang ada, dan dirinya benar-benar membuatku sadar, hidup
itu sebuah pilihan.
Terlalu banyak pengalaman
hidupnya dalam meniti sebuah karier yang gemilang, karena mungkin ia sendiri
terlahir dengan kegemilangan, dan sejuta bakat yang ada, dan satu hal yang aku
dapati, dia tak pernah menyia-nyiakan itu semua. Aku bersyukur Dia Yang Maha
Kuasa menghadirkannya dihadapanku membuat mataku lebih terbuka untuk lebih luas
melihat, lebih jauh memandang, membuatku bangkit dari masa transisi
keterpurukan yang ada, dan untuk itu aku berterimakasih padanya.
I’m grateful for
you,-
Atas segala
kesediannya, dengan orang-orang yang hidup disekitarnya, membuat hidup ini
bertambah warna, menambah warna pelangi kehidupan yang ada, atau bahkan
melengkapi warna pelangi yang telah banyak hilang.
Merci,-
“Mana Kuiki Kan
Manta”. Rasa kagum itu tak perlu lebih, cukup kagum dan membuat suatu perubahan
dalam kehidupan saja sudah cukup bagiku, terimakasih banyak.
Comments
Post a Comment