Lost in City-Village

Friday, 16 of February 2018
11.10,-
Tempat terdamai dan tertenang disana.
Di lembar ku yang ke 7.388 aku punya satu kisah yang akan menjadi kenangan dalam memori long-term dan mustahil buat dilupakan.
Setelah dihari sebelumnya sempat terburuk dengan keadaan dan tekanan dengan tekad bulat akhirnya kita putuskan buat berangkat, mengurus segala hal ini itu dan menyelesaikan apa yang harusnya sudah di selesaikan. Menyesal tentu, terlebih di hari yang sama sudah terbayang rehat sejenak, melepas penat selepas ujian tengah semester dengan berkumpul dan bermain alam bersama crew yang lain, dan di malam tepat sebelum keberangkatan saya dan partner saya memutuskan untuk putar haluan, dan segala hal yang saya bayangkan pupus diambang bayangan yang tak teralisasikan.
Namun, memang benar jika Dia Yang Maha Kuasa selalu punya segala cara untuk memberikan yang terbaik bukan yang kita inginkan, pagi itu kami berangkat dengan segenap rombangan yang mempunyai kepentingan lain, berbeda dengan kami kepentingan pengajuan laporan akhir kegiatan.
Sesampainya disana, kami disambut dengan segenap kerumunan orang yang berjalan kepusat peradaban, untuk melaksanakan kewajiban mereka setiap Jum'at sebagai para calon imam di masa depan. Terlepas dari keterlambatan mobil kami dari estimasi waktu kedatangan dan penantian Jum'atan selesai, baru benar-benar bisa keluar dan aktifitas selepas jum'atan.
Disitu kisah petualangan kami dimulai, terbiasa dengan teman sebut saja namanya ndul yang menyambut kedatangan kami di kampusnya dengan segala persiapan dan siap sedianya, menjadikan kami ketergantungan kepadanya, dan PERFECT! hari itu teman saya tengah berlibur kesebuah kota besar di Jawa dan otomatis saya kehilangan arah sekali, bingung tanpa navigasi harus menghubungi siapa, cuma terbesit satu nama di fikiran saya untuk menghubungi orang yang selalu cekatan dan siap-sedia kapanpun itu, dan saya tau resiko saya ada dua: berhubung itu hari libur antara di tolak dan saya dikecewakan, dan stuck tanpa tau harus melakukan apa selanjutnya, atau kedua diterima, mendapat bantuan, namun harus menunggu. Dan akhirnya, kami pilih resiko kedua, setelah 17 kali panggilan yang rata-rata semuanya dijawab oleh voice mail, secercah harapan muncul setelah panggilan kami disambungkan, cukup memberi penjelasan dan problema yang ada, dan jawab selanjutnya hening. Antara takut bercampur kalut, sepersekian detik kemudian, sebuah pesan singkat muncul di layar ponsel kami, sangat memberi harapan, kedatangan dan kehadirannya ditengah hari libur dan kegiatannya yang padat sangatlah membantu kami yang tengah kehilangan arah. Setelah mendapatkan satu kepastian bala bantuan kami mencari bantuan yg lain, walaupun tak terlalu mengenal ikal teman seprodi dulu namun kini pindah haluan setidaknya ikal cukup membantu dengan memberikan nomor rasyid kepada kami, sekian detik menghubungi rasyid yang kita tau biasanya bodo amet, akhirnya membawa banyak harapan juga untuk memberikan bala bantuan kepada kami, kami bersyukur memiliki keluarga besar disini, yang benar-benar paham dan mau mengerti kesulitan yang kami alami. Sekitar 20 menit berlalu, sesuai dengan janji-nya kating-kating kami datang bang dhani dan bang ghufron, berjalan menuju lobby hotel lengkap dengan pakaian dan style juma'tan. Setelah menjelaskan panjang lebar titik permasalahan kami, akhirnya beliau berdua sepakat mencarikan alat transportasi sesuai dengan request yang ada dengan syarat rela menunggu setengah jam. Jika, dalam setengah jam tak ada kabar dari mereka berdua, mereka angkat tangan. Sempet kaget dengan keputusan yg kedua, tapi apa yang bisa kami perbuat? We have no power. Bukan daerah otoritas kami disini, dan ternyata memang usaha mereka patut diacungi jempol dan dihargai, bang dhani yang notabene nya memang penduduk di kota ini dengan segera pulang kerumah setelah mengetahui tak ada kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicari dikampus ini.
Setelah tertunda selama satu jam setengah dari rencana awal, akhrinya kami bisa pergi dan menyampaikan laporan akhir kegiatan kepada kepala prodi di kediaman beliau. Cukup lama disana sekitar 1.5 jam terjebak dengan segala kisah dan kabar terbaru yang tertunda dua minggu, dan tepat apa yang menjadi ketakutan dan dogma di awal terjadi, setelah Ashar selesai kami masih harus menghadap kepada Dekan Fakultas, yang super sibuk dan baru dapat ditemui setelah maghrib. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. PERFECT! kami ditinggal oleh rombongan dan harus kembali ke kampus dengan jalur mandiri. Sekali lagi dengan perasaan sangat tak mengenakkan, dengan posisi sangat merepotkan bang dhani dan bang ghufron akhirnya sekali lagi kita menghubungi beliau, menjelaskan kondisi kedua kita yang seperti ini, mereka diam, larut dalam pikiran masing-masing, mencari solusi yang tepat dalam memecahkan kondisi yang kami alami, dan pilihan terakhir hanya kami harus menempuh jarak 30km ke kota sebelumnya agar bisa kembali kekampus dengan jalur-mandiri. Sekali lagi kami bersyukur sangat sangat berterimakasih kepada kedua orang ini yang benar-benar telah direpotkan oleh adik-adik tingkatnya yang melampaui batas.
Ditengah dinginnya malam, dibawah rinai hujan dan gelapnya gulita malam, mereka berdua bagai lentera penunjuk jalan bagi kami. Hingga akhrinya kami sampai ditempat yang kami tuju, dan benar-benar duduk- dan mobil itu berlalu, baru mereka pergi.
At least ini cuma kronologi singkat, saya ga bisa nulis detail, dan terimakasih, terimakasih kepada kalian semua yang dihari itu sangat membantu kami, walau ada beberapa orang yang hanya hadir sebagai pelipur lara dan penghibur hati ditengah carut-marutnya keadaan.
 Especially Thanks and this story
Dedicate for:
1. Senpai
2. Kating
3. Nur Huda
4. Haikal
5. Rasyid
6. Dzaki
7. Om
8. Kaka sul

Comments

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Interwined

Bias Ombak