7.377
Terasa sejuk hembusan semilir angin menerpa
wajahku, ditemani kicauan burung dari kejauhan dengan suasana yang sudah
terlalu akrab ditelinga dan terlalu sering terekam oleh mata. Sebut ini zona nyaman, dan aku sudah
berada di gelombang kedelapan di zona ini. Tinggal satu setengah gelombang
lagi, masa ku selesai, dan aku harap waktu dapat bergulir sedikit lebih cepat
dari biasanya. Di gelombang ku yang kedelapan seperti kehidupan dinamis
kebanyakan, aku banyak bertemu orang baru dalam kehidupanku. Satu datang, satu
pergi, terlalu banyak karakter yang dituliskan dalam setiap lembarannya,
terlalu banyak peran figuran yang diisi oleh orang-orang yang datang dan pergi,
entah itu pergi untuk kembali ataupun memang pergi seutuhnya tanpa kepastian
kembali.
Dibawah hembusan angin siang ini, aku
kembali dibawa sekali melintas waktu, seakan waktu berhenti sejenak
membiarkanku menerka dan merekam setiap keadaan yang ada. Membawaku kembali
kedasar ingatan, palung laut terdalam, seakan terbawa dalam bingkai kaleidoskop
yang terekam jelas dalam ingatanku, kisah kita, kenangan, suka-duka, bahkan
hingga detik-detik satu persatu pergi meninggalkan tempat ini menuju mimpi dan
asa nya masing-masing.
Ditemani beberapa bungkus coklat, dan
gerimis tipis-tipis semalam, kita kembali duduk sejenak mendengarkan kisah yang
sudah terlalu lama kutinggalkan, bahkan jauh dari jangkauanku. Bukan Cuma jarak
yang menjadi inti pemisah kita, namun juga karena waktu dan kesibukan dari
masing-masing diri lah yang tak dapat membuat kita meluangkan waktu walau
sejenak. Seakan didorong kembali ke masa lalu, aku kembali teringat akan
kisah-kisah, orang-orang yang dulu terekam jelas berlalu didepanku dan kini
telah melangkah jauh pergi.
Sudah bukan misteri lagi bagiku, kisah
yang itu, dan terkadang rasa sesal itu muncul dibenakku, kenapa aku harus
mengetahuinya, jika pada akhrinya kisah itu malah membuka luka lama, kenapa aku
harus mengetahuinya jika kisah itu malah menjadi pisau bermata dua yang
menyayat setiap bagian yang terluka lebih dalam setiap kisahnya diuraikan, dan
kenapa aku harus mengetahuinya jika pada akhirnya malah memaksaku untuk ingin
kembali memutar kehidupan lama dan mempelajari lebih detail sisi kehidupan dan
kesehariannya.
Mungkin ini sisi terlemahku, dan ini sisi
terpurukku, disatu sisi seakan aku mendapatkan jalan baru, harapan baru,
penerang baru, namun tanpa disadari aku
juga terbawa dalam keadaan terpuruk sepanjang masa yang pernah kurasakan.
Salah, aku yang salah, tidak sepatutnya aku bersikap seperti ini, tidak
seharusnya aku terjun terlalu dalam, tidak seharusnya aku tenggelam dalam kisah
ini. Tidak sepatutnya aku mematikan tombol itu, tombol pengingat yang membuatku terus tersadar bahwa aku sudah melampaui batasan-batasan tertentu.
Sudah menjadi pilihanku, bermain dengan risiko yang ada, maka sekali lagi ayo kita lihat, siapa yang terbuai? siapa yang terluka? dan siapa yang puas tertawa, atau bahkan harus beranjak pergi dan membangun tembok tinggi dan jurang terdalam yang pernah dibangun.
Kisah ini baru masuk terminasi masa awal, masih panjang alurnya, silahkan menjadi narator, dan pemain didalamnya sampai engakau merasa jenuh dan terpuruk.
Comments
Post a Comment