Dunia 150-karakter

Setelah memudarnya batasan-batasan jarak secara nyata, tanpa kita sadari setiap orang dari kita sudah terperangkap dalam dunia tanpa batasan yang pasti.
Kita terjebak dalam dunia 150-karakter, dunia dimana orang bisa dengan bebasnya menyampaikan dan mengutarakan segala yang mereka rasakan tanpa memperdulikan apa sebab-akibat dari apa yang telah mereka tuliskan.
Terkadang kita juga dibutakan oleh nafsu-amarah, angkara-murka yang membabi buta.
Sadarkah kita, sebegitu cepatnyakah sabar kita bersembunyi dan terkalahkan dengan emosi, ego sesaat?
Dalam dunia 150-karakter kita bisa menjadi orang yang berbeda-beda setiap harinya. Hari ini berperan sebagai superhero, mungkin besok pagi bisa saja berperan sebagai pemeran antagonis, terus berlanjut seperti itu, siklusnya tanpa henti.
Mungkin kita perlu memahami eksistensi dan esensi dari kemajuan tekhnologi serta memaknai artian globalisasi secara sadar-utuh.
Padahal adanya jarak yang berantara, adanya spasi yang memisahkan membuat kita sadar akan batas ruang gerak yang aman.
Tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh, namun bagi kita artinya aman.
Coba kita bayangkan jika dunia kita terbatasi oleh 150 karakter, kita tak lagi memikirkan bagaimana jaraknya, apakah isinya terlihat sopan dan baik, yang terlintas hanya kalimat yang straight to the point dan tanpa kita sadari telah banyak meninggalkan luka diantara sesama.
Dunia kita luas, jangan terpaku dengan hal-hal kecil yang membuat kita stagnant dan stuck tanpa kemajuan. Setidaknya kita patut bersyukur walaupun kita sendiri, semoga kita tak pernah merasakan kesendirian.

Comments

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Interwined

Bias Ombak