Vapor Trail
Vapor
Trail
@Key-A
Ah, biar aku berkeluh-kesah malam ini disini. Sejenak
saja, aku janji tak akan menyita waktu mu lama, tak akan membuat telingamu
pekak dengan nada-nada tinggi yang kunaikan satu oktaf dari suara standar, aku
hanya ingin meminta saran dari mu, itu saja, tak lebih.
Berbagi kisah dengan mu ditengah pekat dan dinginnya
malam, sepertinya seru. Terlebih hujan masih setia menggelayut diluar sana,
membasahi setiap bingkai jendela dengan rinai rintik kecilnya, sementara dilain
sisi kita menikmati semangkuk mie-panas, ditemani secangkir cokelat panas
andalan- iya andalan ku bukan andalanmu, karena kita punya selera yang relatif
sama, namun kali ini berbeda.
Jujur aku mulai muak dengan semua ini, topeng yang ini,
kepalsuan yang ini, semuanya. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jujur yang
lebih baik itu diwaktu yang tepat dan ditempat yang tepat. Namun, hal apa yang
akan kau lakukan ketika kau dihadapkan disebuah kondisi yang engkau sendiri
enggan, namun harus kau laksanakan karena itu jadi bagian tanggung jawabmu
sekarang.
Aku bukan manusia yang mudah mengungkapkan segala sesuatu
dengan kata-kata tajam, tepat mengenai sasaran. Sekejam-kejamnya kata-kata yang
kukeluarkan masih dibawah standar normal dan formal, bahkan jika diri ini sudah
terlunta di puncak batas sadar dan sabar hal yang kulakukan akan semakin
menjadi orang formal.
Boleh aku lanjutkan? Ku harap kau masih mau mendengarkan
potongan kisah yang ini, kau tau kan, aku hanya tak suka dikecewakan. Itu saja,
tidak lebih. Diluar semua ini, mau dia lakukan apapun hal yang dirinya mau,
silahkan! Aku tak punya hak atas hidupnya, tapi tolong, hargai posisi aku
sekarang ini disini, karena hal ini, bahkan posisi ini akan dia rasakan juga
dalam waktu hitungan jari dalam purnama. Pun dengan diriku disini, berusaha
menghargai setiap individu yang terikat dan terjalin dalam kesatuan ini.
Jika, esok setiap orang dari kita tak dapat menghargai
eksistensi displin dan totalitas lalu siapa lagi? Iya, aku akui bukan berarti
aku disini makhluk sempurna tanpa dosa, aku jauh dari kata itu semua, bahkan
diri ini juga tak luput dari dosa. Namun, ayolah hal kecil seperti ini, sepele
terlihatnya, tidak melanggar syariah? Tentu tidak, Cuma kita disini diatur dan
hidup dibawah regulasi. Maka, aku mohon dengan sangat, mari sejenak kita patuhi
regulasi kecil yang ada.
Aku bukan orang yang bisa meluapkan emosiku dengan
kata-kata, bahkan ketika kecewa seperti ini pun hal yang ku pilih untuk
memulihkan semuanya dengan berdiam, aku sudah memenuhi posisi, dan takaran ku. Maka
aku mohon, mari kita memainkan peran kita masing-masing dengan baik.
Sejak kecil aku diajarkan kata nista, maja, utama. Ada
tiga tahap dalam memperingatkan orang ketika ia terseret dalam khilaf, dan
sekarang posisi kali ini, ada dalam tahap kedua, jika esok kutemukan sekali
lagi ini terulang, maka jangan salahkan aku, jika aku yang biasanya bertopeng,
membuka sisi lain yang kusembunyikan. Sudah kuingatkan sekali, dan
kuperingatkan di kedua kali, maka jangan harap kau temukan aku dan peringatanku,
ketika hal ini terjadi ketiga kalinya.
Mungkin, esok dia akan mengumpat aku dengan makian,
menghakimi aku dengan segala penghukuman, atau bahkan dia sebut aku nista dan
sebagainya, silahkan, itu semua haknya. Aku tak punya hak untuk memaksa nya
mengucap dan berujar baik tentang laku-ku. Tapi, ingatlah, aku hanya
menjalankan sebagaian peran dan amanah yang aku emban diposisi ini. Dan
ketahuilah, posisi ku yang sekarang, kelak akan diisi pula oleh mu, dan kita
sama-sama tau, alam tak pernah ingkar akan janjinya.
Ah, sudahlah, memang benar katamu, aku selalu rapuh,
bahkan lapuk, dan kian usang dimakan zaman, biar kau dan aku tau sisi lemah ku
yang ini, biar saja, biar kita bisa sama-sama mengevaluasi kurangnya diri.
Mungkin benar, aku saja yang terlalu naif, aku saja yang terlalu perasa, apa
salah aku menjalankan sebagian posisiku sebagai wujud dari kepedulianku pada
mereka? Jika aku salah, maka tolong tegur dan ingatkan aku, ah penat rasanya,
tenggelam dalam dunia abu-abu.
Sepertinya, jam malam hampir tiba, sudah saatnya kau
rehat sejenak dari dunia fana, menemukan ketentraman dan kenyamanan mu dialam
sana. Bertemu dengan sang impian-mu, dan dengan bebeas merajut harap dan ingin,
tanpa perlu kecewa.
Sekali lagi aku ucapkan terimakasih untukmu, masih
memiliki sepasang telinga yang setia mendengarkan keluh-kesahku yang sepele,
bahkan mungkin kau anggap kekanak-kanakan. Tapi, ketahuilah, hal kecil apapun
itu memiliki nilai dan arti besar untuk orang lain.
Yosh, oyasuminasai, jujur ini hal yang paling malas
kuucapkan karena iya memiliki makna telah sampai di penghujung.
Kirei na yume ga aru, semoga hari-harimu selalu
diberkahi!
Comments
Post a Comment