Tabula Rasa
Tabula Rasa
@Key-A
Semalam aku diajak memutari dimensi lain, bertemu dengan
ayahku di dunia parallel. Di dunia itu, kami bertiga menunggu kedatangan
seseorang yang dinantikan pulang dari luar kota, suasananya persis ketika kami
bertiga menunggu ayah pulang dari luar kota. Dan kau tau hal apa yang kulakukan
ketika melihat seseorang yang kami nantikan berdiri di ambang pintu? Aku segera
berlari menghampiri, seakan semua itu benar-benar terasa nyata, seakan aku
kembali diajak ke masa dimana aku, dan yang lainnya dapat berkumpul lengkap-
full team empat orang. Ayah tersenyum lebar, merangkulku persis sama tak ada
yang berubah dari pelukan hangatnya, menyambut kembali gadis kecilnya yang
telah lama berkelana pergi. Untuk sejenak saja, kurasakan waktuku berhenti,
ayah mendekapku erat, seraya mendengar keluh-kesah yang kusampaikan kepadanya.
Terhitung tepat setengah tahun sejak kepergiannya dan baru detik itu kurasakan
kehadirannya begitu nyata, sedekat itu hadir, walau hanya dalam dunia parallel.
Setelah puas bercerita tentang aku dan duniaku, ayah
hanya tersenyum mengusap punggungku serta memberikan sedikit wejangan kepadaku,
“Novi, yang baik yaaa disana, jangan nakal, jagain mamah, meski lingkungan
berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter, tapi ayah yakin, Novi pasti
bisa kok”. Dan aku hanya bisa terdiam dengan seksama mendengar setiap kata yang
diucapkannya, dan enggan melepas dekapan ku bersama ayah. Ayah hanya tersenyum
sembari melepas dekapanku yang semakin erat, “Ayah gak mungkin disini terus Nov,
tetap semangat yah!”.
Sejenak ayah beranjak mundur, dan seketika aku dilempar
kelubang kecil menyusut bersama cahaya yang kian redup, dan aku tersadar jika
aku harus kembali ke dunia nyata. Jam masih menunjukkan dini hari, bahkan
setiap manusia masih enggan melepas kenyamanan selimut dan bantal yang
memanggil, bahkan lampu kamar ku saja masih redup dan aku tergugu di tengah
gulita malam. Oh andai, memang penyesalan selalu tiba diakhir, entahlah terlalu
abstrak untuk ku maknai, terimakasih telah berkunjung ke dunia paralel, ayah.
Aku merindukanmu,-
Comments
Post a Comment