Duka di bulan Agustus

Bulan Agustus merupakan bulan yang istimewa bagi bangsa ini, bagaimana tidak, di bulan ini bumi pertiwi meraih kemerdekaannya setelah 3,5 abad melawan penjajahan ditambah 3,5 tahun melawan kolonialisme lainnya. Namun, ada yang berbeda di Agustus tahun ini, setelah bumi pertiwi dirundung pilu dengan gempa menggetarkan daratan bumi lombok, serta beberapa kabar suka juga berlangsung di tanah air dengan resmi diberlangsungannya asian games Jakarta-Palembang 2018. Namun, duka tak hanya meliputi bumi Lombok, kita pun tak pernah tau kapan duka singgah di kehidupan kita dan hadir untuk membawa kita sadar bahwa hidup didunia hanyalah sebuah kefanaan. Aku hanya ingin berbagi kisah yang terselip di gelombang kesembilan entah di lembar 7k berapa, tepat setelah ikrar kemerdekaannya yang ke 73 kabar duka menyelimuti keluarga saudara kami, dengan berpulangnya kepada Yang Maha Kuasa tante tercinta bersama malaikat kecilnya, sepulang dari sana, aku kira kesedihan berakhir disana, memberi jeda kepada kami, sejenak untuk bernafas lega, merasakan hembusan semilir angin yang membawa kesejukan, namun ternyata firasat ku tak pernah berkata salah, hanya aku yang terus memungkiri, dini hari pahlawan heroik sepanjang hidupku, harus dilarikan ke rumah sakit karena keadaannya yang semakin tak tertolong, kuasa Allah, Yang Maha Kuasa sangat sayang sama ayahl beliau lebih dulu menghadap sang khalik dibanding kami bertiga. Tepat sejam sebelum takbir berkumandanf di seluruh penjuru nusantara, ayah ku menghembuskan nafas terakhirnya dengan damai. Memang benar sesal selalu hadir di akhir, bukan penyesalan namanya kalo dia muncul di awal cerita, namanya peringatan, ada cukup sesal terselip disana karena aku tak dapat menemani beliau dimasa akhirnya, maaf kan aku ayah, maafkan gadis kecilmu yang sampai detik ini masih banyak memiliki kekurangan disana sini, namun ketahuilah ayah, sampai detik ini dirimu masih menjadi Mr. Perfect kami sepanjang masa, 20 tahun hidupku adalah waktu yang singkat untuk mengenal dan berbakti pada mu, masih banyak hal yang belum terlaksanakan dan kini harus pupus dan menjadi angan semu. Memang benar selalu ada cerita di setiap tanggal 23, dan di 22 agustus 2018, hari dimana umat muslim merayakan idul adha, aku harus cukup kuat menghimpun daya yang tersisa bahwa aku sekali lagi kehilangan orang yang berarti dalam hidupku, setelah di penghujung ramadhan dimalam ke 27 aku kehilangan eyang tersayang dan kini sejam sebelum takbir berkumandang aku kehilangan pahlawan heroik dalam perjalanan hidupku. Tak ada hidup yang sia-sia, tak ada jumpa tanpa kata pisah diakhirnya, semuanya memang milik Yang Maha Kuasa apalah daya kita manusia hanya mampu bertindak dan biarkan Allah sang pemilik skenario terbaik memberikan skenarionya kepada kita, selamat jalan ayah, semoga amal ibadah engkau diterima di sisi-Nya, maafkan segala kesalahan kami putri-putri kecilmu, atas segala salah dan khilaf sepanjang hidup ini, salam rindu dan cintaku dariku untuk mu, Babah Mudi.

Comments

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Interwined

Bias Ombak