Always Changing

03.04.2018
12.04 a.m.
"Kepergian tidak selalu berarti kesedihan berkepanjangan."


Hai, kalian yang entah tengah berada dimana, apa kabar?
Entah bagaimana caranya agar aku dapat terhubung dengan kalian lagi, entah tulisan ini akan tersampaikan apa tidak, akan terbaca atau tidak, yang aku tau hanya dengan ini aku dapat melewati gelombang interval dan longitudinal, menyampaikan pesan-pesan yang tak tersampaikan dan hanya dapat didengar lewat semesta luas.
Dari mana harus ku mulai? mungkin dari yang di sana,-

Hai, NAD!
Apa kabarmu hari ini?
Bagaimana kabar penghujung timur jawa timur?
Pasti kau sibuk sekali ya disana, terlebih sekarang tengah memasuki masa ujian Akhir Semester.
Tak terasa ya, waktu bergulir begitu cepatnya dan waktu kemudian melesat bagai anak panah, bahkan kini sudah memasuki masa akhir, sebentar lagi amanahnya selesai, lalu mau kemana selanjutnya?
Masih sama dengan pilihan mu yang kemarin? Apa menemukan pilihan dan alternatif lain? Coba kau ceritakan kepadaku secara detail jika kau punya waktu luang, kau tau? aku benar-benar ingin mengetahui keadaan mu, walau hanya bertukar kabar sejenak.
Sedikit kecewa dengan insiden yang terjadi sekitar 2 bulan berlalu, tapi sudahlah, memang waktu yang melakukan seleksinya, kau tau bagaimana reaksi ku saat itu?
Terkejut? itu pasti, bingung? sudah tentu, bahkan kau sukses membuat ku merasakan senja yang terasa panjang sekali. Namun, sudahlah, itu semua sudah berlalu, detik ini dan untuk kedepannya aku ingin berdamai. Aku akan belajar berdamai, bukan melupakan.
Mungkin, mudah dikatakan, tetapi menyakitkan dilakukan, dan kini tengah aku paksakan.
Sebut saja ini karma untukku, aku yang salah menyia-nyiakan teman, sahabat, keluarga sebaik dirimu. Aku menyesal, dan aku mohon maaf. Sebut saja aku tak punya kesempatan, sebut saja waktu ku telah habis, tapi entah dengan cara apa harus ku tempuh, aku sampaikan maaf sedalam-dalamnya untukmu.
Kau tau NAD, banyak hal yang ingin ku bagi denganmu, pengalaman, bahkan hingga kisah sepele yang biasanya kita tertawakan bersama, namun waktumu terlalu berharga jika digunakan untuk mendengarkan kisah ku yang tak ada ujungnya, bahkan titik terangnya pun tak mungkin ditemukan. Aku sadar, semakin hari semakin padat jadwalnya, semakin hari kita juga bertransformasi, iya bertransformasi kembali menjadi orang asing. Miris ya? iya, miris, sayang sekali masalah yang entah itu apa aku pun tak dapat memastikannya malah memutus tali silaturahmi yang ada.
Entahlah, apakah pemutusan tali silaturahmi secara sepihak ini berlaku untuk semuanya, atau hanya untuk dirimu saja, tapi yang jelas jika tahun depan naza bergabung disini, aku pastikan dia tak akan mengalami kesia-siaan seperti yang pernah aku lakukan.
Lucu ya, kita yang pernah dekat bahkan sedekat nadi kini bertransformasi menjadi orang asing, ironis sekali. Tapi mungkin ini adalah jawaban atas doa-doaku selama ini, mungkin memang ini skenario yang terbaik, mungkin jika kejadian ini tak pernah terjadi aku tak akan pernah sadar apa itu arti kehilangan dan apa itu artinya sadar.
Setidaknya aku senang pernah mengenal dan mempunyai kerabat sepertimu, kau sebut aku menyesal pernah mengenalmu? Tidak, sama sekali tidak, justru kalo aku yang sekarang tidak mengenal mu di masa yang lalu, mungkin aku tak pernah punya cerita untuk dikenang, mungkin kau yang menyesal mengenalku, hingga beranggapan aku adalah sebuah kesalahan yang kau ciptakan. Hingga akhirnya, kau sendiri yang menciptakan tembok dan jurang tak bertepi diantara jarak dan spasi. Lucu ya? kalo bagiku itu miris, dan bahkan kau tau nad? aku hampir mengalaminya untuk kedua kalinya pekan lalu. Cuma, pekan lalu masalah itu terselesaikan, sementara di kisah yang ini, seakan ingin dilupakan dan terlupakan, bahkan mungkin sudah tenggelam dikedalaman palung laut mariana, namun kerap kembali muncul kepermukaan.
Biarlah, entah kapan tulisan ini terbaca dan tersampaikan untuk orang yang ku tuju, setidaknya detik ini bahkan dari waktu sebelum insiden itu terjadi, aku mohon maaf, maaf atas kekhilafan dan kesalahanku, maaf jika wujud kehadiranku dalam kisahmu hanya menorehkan tinta hitam tak beraturan dan berujung sebagai sebuah kesalahan, maaf jika kau beranggapan kini sangat menyesal mengenal orang seperti ku. Maaf sekali lagi aku mohon maaf atas segalanya.
Setidaknya, aku kini tau bagaimana rasanya tak dapat berkomunikasi ditengah era globalisasi yang sepatutnya masalah komunikasi tidak dipermasalahkan lagi.
Seakan menutup semua akses yang kupunya, hanya lewat ini aku dapat menyampaikan pesan-pesan yang selama ini hanya dapat kusampaikan lewat semesta.
Rentetan kata maaf yang tak ada habisnya untukmu,
Di penghujung Timur, Jawa Timur.
きみ の こえ ききたくなった よ

Selanjutnya, setelah berkunjung sejenak ke Penghujung Jawa Timur, aku ingin menyapa saudara ku yang tengah berjuang di negri kinanah.
Apa kabar? lama ya tak bersua, bahkan hampir setengah tahun kita sama-sama menghilang tanpa warta dan berita. Kau tau? Setelah sempat mendengar kabar akan keberangkatanmu hari itu yang cukup membuatku seperti layang-layang putus kehilangan arah- labil banget ya- seakan mustahil mendengarnya, penuh ketidakpercayaan, dan akhirnya kau pun benar-benar pergi, menempuh cita-cita dan asa disana. Bagaimana ujiannya? Bagaimana murojaahnya? Sehat? Aku tau kau tak pernah lupa akan janji bertukar ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan, cuman mungkin masih perlu waktu, tempat, dan suasana yang tepat, untuk menyampaikan semuanya. Dan entah itu kapan, namun aku yakin, suatu saat akan ada waktunya. Doakan saja aku dapat berkunjung kesana, melihat keindahan sungai nil dan kota Alexandria langsung dengan mata kepalaku, tidak sekedar cerita yang engkau ceritakan. Terimakasih ya, telah menyampaikan salamku untuk negeri yang tengah kau jajaki. Oh iya aku lupa, kabar masjid jami' di tempat terdamai baik lho, cuma itu lampu yang disana, yang biasa kita perbincangkan sampai detik ini, bahkan sampai atap bocor disisi kanannya belum juga diperbaiki. Kau tau? aku selalu menyampaikan salam kerinduan mu untuk masjid jami' di tempat tertenang, tempat yang terlalu memorial untuk disebutkan. Btw, kapan kembali berkunjung ke masjid jami'? kapan pulang ke Indonesia? kabari aku jika kau akan berkunjung kesana, bahkan kau tau? semester ganjil dan genap tahun ini hampir setiap bulan aku berkunjung ke tempat tertenang. Bahkan bisa dibilang seperti minum obat, hampir setiap bulan, bahkan hanya berjarak antar minggu, aku berkunjung kesana lagi dan lagi. Sayang, sangat disayangkan, kau tak lagi bertempat disana.
Maafkan aku ya, hingga detik ini belum bisa memenuhi janjiku kepadamu, 2 hal saja, sepele sepertinya, mudah kau katakan, tapi untuk menepatinya penuh lika-liku. Tapi tenang saja, aku tak akan mengingkarinya, bahkan hingga detik ini aku masih terus bertransformasi memperbaiki terus melaksanakan semampuku, untuk dapat memenuhi janji yang ada. Terimakasih atas support dan kemunculan mu yang selalu tiba-tiba, kapan kita dapat melaksanakan shared and discussion kembali?
Lucu ya, kita yang sama-sama bukan anak ekonomi malah kerap berdiskusi tentang perekonomian. Sayang sekali, masjid jami' harus kehilangan ta'mir terbaiknya yang pernah dimiliki sepanjang tahun lalu. Ah, nostalgia kembali membawaku ke detik, menit, dan jam kesekian, dihari bertepatan saat rakor dilaksanakan di sana. Sudah-sudah, aku sudahi pesan yang ini, aku tau kegiatanmu begitu padat disana, bahkan seakan kehilangan cara, kita juga kehilangan komunikasi tanpa warta tanpa berita sama-sama berkutat dikesibukan masing-masing. Terimakasih, terimakasih masih memberi ku kesempatan memiliki kerabat sepertimu, aku tau kita sama-sama memantau perkembangan masing-masing, yang pasti cerita mu disana selalu ku tunggu, entah kapan dapat kau ceritakan, yang jelas jika kesempatan itu datang, tak akan aku sia-siakan! Seolah-olah melihatnya, tapi sungguh tidak ada di sekitar. Seolah-olah mendengarnya, tapi ia sungguh jauh dari jangkauan.

Telah sampai aku dipenghujung pesan-pesan yang ingin kusampaikan lewat semesta.
Semoga esok, saat cahaya matahari pagi menyentuh tempat ini, semoga esok saat embun menggelayut di ujung-ujung dedaunan, semoga esok saat kabut membuat cahaya seperti mengambang, semua kesedihan ini benar-benar berkurang sejengkal.
伝えたくてでも言えなくて

じゃ。。
またね。。。
きれいな夢がある~

Comments

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Interwined

Bias Ombak