Indonesia dan Multikulturalisme

Indonesia dan Multikulturalisme
Oleh: Key-A
Berdasarkan Wawancara dengan Dubes Indonesia untuk Azerbaijan: Pak Husnan Bey Fananie dalam acara konferensi Multikulturalisme, Nasionalisme, dan Islam

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dengan posisi yang sangat strategis berada tepat ditengah garis lintang equator, berjejer kurang lebih 17.000 pulau dengan beragam suku dan bahasa didalamnya. Indonesia memiliki banyak faktor untuk patut kita syukuri. Bersyukur atas segala hal yang dimiliki Indonesia, karena negri ini merupakan anugrah terbesar dari Yang Maha Kuasa. Jika Indonesia dijajarkan dengan negara lain, maka Indonesia bagaikan dataran yang terbentang luas dari Irak-Irlandia Utara,  atau setara dengan San Fransisco-Miami. Begitu luas, negri kepulauan ini, hingga diberi julukan “The Archipelago”. Datarannya yang hijau nan subur terbentang dari Sabang-Merauke, terlihat hijau, luas, membentang. Hingga Indonesia memiliki sebutan “Zamrud Khatulistiwa”. Tak akan kita temukan negara dengan keberagaman suku dan bahasa didalamnya, jika tidak di Indonesia dimana mereka dapat dipersatu-padukan dalam satu kesatuan “Bhineka Tunggal Ika” , maka tak heran jika Indonesia menjadi acuan negara-negara lain dalam mempelajai Multikulturalisme yang ada dalam negri ini.
Negara Multikulturalisme, merupakan negara yang memiliki ragam budaya, etnik, ras, suku, serta agama. Seperti negri ini, unik dengan keanekaragamannya. Lalu hal apa yang menyatukan hati, pikran, serta jiwa kita selama ini? Tak lain dan tak bukan, negri kita telah dipersatukan dalam satu kesatuan NKRI , namun jika kita kembali mengingat perjuangan para sultan di masa lampau maka kita akan sadar dengan benang merah yang terjalin didalamnya mereka sepakat, seiman, yakin dengan pemersatu mereka yaitu :
لااله الا الله محمد رسول الله
Indonesia bersatu bukan karena Belanda yang menjajah selama 350 tahun, bukan juga karena jajahan Jepang selama 3,5 tahun. Indonesia bersatu karena adanya cita-cita yang luhur, yaitu sebuah kemerdekaan. Islam mengajarkan kita untuk merdeka, merdeka dalam artian tidak ingin dijajah, maka dengan semangat serta cita-cita yang dimiliki negri ini terciptalah, Indonesia. Coba kita bayangkan bagaimana jika Indonesia masih dibawah kaki tangan penjajah? Mungkin tak akan kita temukan Indonesia menjadi negara yang independen dan menerapkan sistem multikultural di kesehariannya. Bisa kita lihat, bagaimana negara-negara islam kini terpecah-belah, negara-negara di Afrika dimana Bani Saljuk pernah berjaya menyiarkan islam kesetiap daerah yang dikuasainya, dan kini apa yang kita temukan? Negara-negara di Afrika tengah dimiskinkan, tak dapat mendirikan peradaban islam seperti zaman kejayaan Bani Saljuk. Sementara di benua Eropa, kejayaan islam hanya menjadi serpihan sejarah yang tertinggal beberapa di Cordoba, Spanyol. Sementara di Asia, tengah terjadi perguncangan, dimana mendapatkan pemimpin harus terjadi dengan pertumpahan darah dan pembunuhan. Lalu kita lihat ke Benua Amerika, peradaban islam hampir tidak ada ditemukan disana. Sementara di Austalia, penduduk muslim hanya berkisar antara 250-300 ribu jiwa, dan mereka bukan penduduk pribumi benua Australia, melainkan hanya pendatang dan para imigran. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Kita patut bersyukur karena di negri ini, masih banyak peradaban islam tersisa, Indonesia merupakan benteng pertahanan serta peradaban islam terakhir di dunia. Kini negri ini tengah menjadi sorotan dunia, menjadi buah bibir dimana-mana, tak sedikit dari mereka berniat menghancurkan negri kita tercinta, Indonesia. Maka dari itu, kita sebagai generasi muda harapan bangsa, harus paham atas apa yang menjadi kewajiban kita untuk negri ini, dan satu hal yang terpenting adalah sadar akan tanggung jawab kepada diri sendiri, karena masa depan, tak akan ditentukan oleh negara ataupun pemerintah yang berkuasa, masa depan kita, ada ditangan kita sendiri. Tanpa kita sadari, segala aspek penting kehidupan telah kita terapkan dan kita jalani selama kita menuntut ilmu di pondok tercinta, bagaimana tidak, para pendiri pondok telah mengemas dengan ekslusif dalam motto pondok yang kini tengah mendarah daging dalam setiap aktifitas yang kita lakukan.
1.      Berbudi Tinggi
2.      Berbadan Sehat
3.      Berpengetahuan Luas
4.      Fikiran Bebas
Mungkin akan muncul beberapa pertanyaan mengapa berbudi tinggi diletakkan pada urutan pertama? Mengapa tak berbadan sehat saja yang menjadi urutan pertama? Atau mengapa tidak fikiran bebas yang berada diurutan pertama? Semua urutan dalam motto pondok telah difikirkan secara matang, maka dari itu, berbudi tinggi berada berada pada urutan pertama, dengan memiliki akhlak yang mulia, maka manusia dapat menjaga diri serta harga dirinya agar terhindar dari segala sifat tercela, sementara akhlak mulia, perlu ditunjang dengan badan yang sehat, bisa dibayangkan bagaimana pemimpin negri ini dapat memimpin dengan baik sementara keadaan fisiknya saja tak mampu menunjang pekerjaannya yang rumit, dengan fisik yang lemah seseorang tak dapat memfokuskan dirinya akan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dan amanah yang menjadi kewajibannya. Dengan memiliki akhlak mulia, serta badan yang sehat, kurang lengkap rasanya jika seorang pemimpin tak memiliki pengetahuan yang luas, dengan memiliki pengetahuan yang luas seorang pemimpin tak akan diremehkan, sehingga memiliki pengetahuan luas mutlak hukumnya bagi seorang pemimpin, dan motto yang terakhir adalah berfikiran bebas, setelah memiliki tiga hal yang sebelumnya disebutkan, hal terakhir ini sebagai wujud penyempurnaan, dengan memiliki jiwa yang bebas, bebas dalam artian masih dalam syariat islam, memiliki makna jiwa yang tak ingin dijajah, atauoun diperbudak oleh bangsa manapun, sehingga seorang pemimpin yang telah memiliki tiga hal dalam jiwa dan karakteristiknya akan sangat lengkap jika memiliki jiwa yang bebas, yang tak ingin dijajah ataupun diperalat dan diperbudak oleh bangsa lain, bebas dengan tetap beraturan dan menjaga syariat secara utuh, karena bebas yang dimaksud bukan bebas, sebebas-bebasnya, yang melainkan jiwa bebas yang telah diikat oleh akhlak yang mulai ditunjang dengan badan yang sehat dan memiliki pengetahuan yang luas.


Comments

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Interwined

Bias Ombak