The Silversky

Malam ini rinai kabut berjatuhan, sedikit demi sedikit membasahi bumi yang gersang. Selendang kabut mulai menutupi pepohonan dan memperkecil jarak pandangan mata. 

Sekali lagi, di malam yang berbeda ku temukan punggung yang sama, di balut jaket coach krem dengan rambut yang berantakan tak tersisir rapi. Entah, kapan terakhir kali rambutnya yang bergelombang tercukur rapi, mungkin 2 bulan yang lalu.

Jika di malam sebelumnya, ku temukan punggung itu tengah sibuk melakukan tugas kelompok di lantai 2 gedung asramanya. Malam ini ku temukan dirinya asik bersama sekelompok orang yang tengah mempersiapkan performance Senin nanti. Beberapakali terdengar suara  Coldplay-Yellow bergema dari audio gawai yang mereka pegang, dan beberapakali ia mencoba menyesuaikan kunci gitar nya, seraya mengobrol ringan bersama kawan nya.

Latihan itu tak berlangsung lama, hanya menghabiskan waktu setengah jam dan tepat pukul 10 malam, mereka bertiga berjalan, beriringan sembari bersenda-gurau menuju tempat peraduannya. Sekali lagi, ia menggerakkan tubuhnya bebas, tak beraturan. Bergerak mengikuti alunan irama yang menggaung memenuhi kepalanya. 

Sementara kabut kian merata, menutupi lapangan dan sekelilingnya. Sepasang mata masih jauh memandang, menerawang dan membiarkan pikirannya terbang, membentuk memori, mengingat setiap detail kejadian yang ada. Entah kapan ketakutan nya akan menjadi nyata, yang ia tau hanyalah ia terlalu takut jika terbangun esok pagi, atau kapanpun itu dirinya lupa dan tak mengingatnya, persis seperti malam ini.

~Nothing left behind,

QFO,

Gbv4130,-

Popular posts from this blog

Lembaran makna dalam Kimi No Nawa

Bias Ombak

Interwined